![]() |
Gambar by jawapos | ilustrasi pedagang soto sedang melayani pelanggannya |
Salah satu contohnya, warung soto dengan porsi jumbo yang hanya dibanderol Rp9 ribu per mangkuk. Harga tersebut jauh di bawah rata-rata kuliner serupa di kota lain, sehingga menarik perhatian mahasiswa baru (maba) yang tengah beradaptasi dengan biaya hidup di kota ini.
Pengamat ekonomi lokal menilai, keberadaan kuliner murah menjadi salah satu faktor penting dalam menekan inflasi kelompok makanan dan minuman di Malang. “Mahasiswa punya kontribusi besar dalam perputaran ekonomi daerah. Jika harga makanan terjangkau, maka daya beli mereka stabil, dan konsumsi tetap terjaga,” ujar seorang akademisi Universitas Brawijaya.
Bagi pelaku UMKM, strategi menjaga harga tetap murah meski biaya bahan pokok fluktuatif dilakukan dengan efisiensi dan volume penjualan tinggi. “Lebih banyak pembeli, margin kecil pun bisa menguntungkan,” kata salah satu penjual soto di kawasan kampus Malang.
Data Dinas Perdagangan Kota Malang mencatat, konsumsi harian mahasiswa menyumbang sekitar 20–25 persen perputaran ekonomi sektor kuliner. Fenomena kuliner murah bukan hanya persoalan gaya hidup, tetapi juga menjadi penopang stabilitas ekonomi kota berbasis pendidikan ini.